CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 12 Juni 2013

makalah K3 karena Fisik



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah  hak asasi manusia dan merupakan investsi, juga merupakan karunia Tuhan, oleh karena itu perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya.

Faktor perilaku dan lingkungan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas kesehatan, dan merupakan pilar-pilar utama dalam pencapaian Indonesia Sehat 2010/2013. Masalah perilaku menyangkut kebiasaan, budaya, dan masalah-masalah lain yang tidak mudah diatasi. Untuk itu semua perlu peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat untuk hidup sehat, perlunya pengembangan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

UU no 14 th 1969 ttg ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja yg memuat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yg sesuai dg martabat manusia dan moral agama, dan pemerintah membina perlindungan kerja yg mencakup norma kesehatan dan higene persh, norma keselamatan kerja, norma kerja dan pemberian ganti rugi, perawatan, rehabilitasi dlm kecelakaan kerja, menekankan perawat sebagai tenaga kesehatan untuk melaksanakan tugas mengenai kesehatan pekerja dengan baik.


1.2  MAKSUD DAN TUJUAN
1.      Dapat mengetahui definisi health hazard fisik
2.      Dapat mengetahui mengenai kebisingan, getaran dan pencayaan di tempat kerja
3.      Dapat mengetahui pengaruh kebisisngan, getaran dan pencahayaan bagi pekerja

1.3    RUMUSAN MASALAH
2          Apa definisi dari K3?
3          Apa yang dimaksud lingkungan fisik kerja?
4  Jelaskaan apa saja yang termasuk faktor lingkungan fisik di tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan pekerja?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Dibagi menjadi 2 pengertian, yaitu
a.     Secara Filosofis
Suatu pemikiran atau upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur.
b.     Secara Keilmuan
Ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.2 LINGKUNGAN FISIK KERJA
Lingkungan kerja merupakan salah satu penyebab dari keberhasilan dalam melaksanakan suatu pekerjaan, tetapi juga dapat menyebabkan suatu kegagalan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, karena lingkungan kerja dapat mempengaruhi pekerja, terutama lingkungan kerja yang bersifat psikologis. Sedangkan pengaruhnya itu sendiri dapat bersifat positif dan dapat bersifat negatif.

Di dalam meningkatkan semangat kerja tidak terlepas dari lingkungan kerja yang mendukung seperti kualitas lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah salah satu unsur yang harus didaya gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan rasa nyaman, tentram, dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut (Sihombing, 2004)

Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi, 2001)
Manusia sebagai mahluk sempurna tetap tidak luput dari kekurangan, dalam arti segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut berasal dari diri sendiri (intern), dapat juga dari pengaruh luar (ekstern). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi fisik lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperatur, kelembapan udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia (Wignjosoebroto, 1995)

Banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan, salah satunya adalah lingkungan kerja. Ravianto, (1986) mengemukakan lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Faktor-faktor yang termasuk lingkungan kerja dan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja antara lain kebersihan,pertukaran udara, penerangan, musik, keamanan, kebisingan.

Lingkungan fisik adalah sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang meliputi cahaya, warna, udara, suara serta musik yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan (Moekijat, 1995). Sedangkan menurut Gie (2000) lingkungan fisik merupakan segenap faktor fisik yang bersama-sama merupakan suatu suasana fisik yang meliputi suatu tempat kerja.

Leavitt (1997) mendefinisikan lingkungan sebagai sebuah dunia tempat tinggal kita yang relatif masih lapang, yang masih jarang baik penduduknya maupun organisasi yang ada didalamnya. Menurut Ahyari (1986) secara umum lingkungan kerja didalam perusahaan merupakan lingkungan dimana para karyawan melaksanakan tugas dan pekerjaan sehari-hari. Kartono (1989) mengatakan bahwa lingkungan kerja adalah kondisi – kondisi material dan psikologis yang ada dalam perusahaan dimana karyawan tersebut bekerja.

Menurut Anoraga dan Widiyanti (2001) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankannya. Jadi lingkungan kerja disini merupakan faktor yang penting dan besar pengaruhnya bagi perusahaan yang bersangkutan. Nitisemito (2000) mendefinisikan lingkungan kerja sebagai sesuatu yang ada disekitar para pekerja dan yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan. Sedangkan Feldman (1983) bahwa lingkungan fisik adalah sumber kepuasan, keluhan mengenai lingkungan fisik, adalah simbol atau perwujudan dari prestasi yang dalam, karena itu perlu mendapat perhatian dari pengelola lingkungan.

Suasana lingkungan kerja yang menyenangkan akan dapat mempengaruhi karyawan dalam pekerjaannya. Bekerja dalam lingkungan kerja yang menyenangkan merupakan harapan sekaligus impian dari setiap pekerja. Menurut Nitisemito (2000) lingkungan kerja dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh para pegawai, sehingga setiap organisasi atau perusahaan harus mengusahakan agar lingkungan kerja dimana pegawai berada selalu dalam kondisi yang baik.

Seperti dijelaskan di atas bahwa lingkungan kerja juga berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Ditambahkan oleh Gibson (1996) bahwa lingkungan kerja merupakan serangkaian hal dari lingkungan yang dipersepsikan oleh orang-orang yang bekerja dalam suatu lingkungan organisasi dan mempunyai peran yang besar dalam mengarahkan tingkat laku karyawan. Artinya bagaimana karyawan merasakan bahwa lingkungan kerjanya baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan, mendukung atau justru menjadi tekanan, tergantung dari bagaimana karyawan akan memandang, menafsirkan dan memberi arti terhadap sesuatu yang terjadi didalam lingkungan kerjanya baik kondisi fisik maupun kondisi perusahaan dan hubungan interpersonal didalamnya. Selanjutnya persepsi tersebut akan berpengaruh terhadap semangat kerja karyawan.

Harapannya bahwa setiap perusahaan membangun lingkungan kerja yang menyenangkan agar setiap karyawan yang bekerja pada instansi atau perusahaan tersebut mencintai pekerjaannya dan senang melakukan pekerjaannya sehingga akhirnya bisa bekerja pada tingkat optimal. Lingkungan kerja yang menyenangkan, rekan kerja yang kooperatif, pimpinan yang selalu memperhatikan keluh kesah karyawannya, kebijaksanaan yang mempengaruhi kerja dan karier serta kompensasi yang adil merupakan dambaan bagi para karyawan sehingga karyawan bekerja lebih semangat, memiliki komitmen yang tinggi, dan pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Tetapi dalam kenyataannya, penilaian baik atau buruknya lingkungan fisik kerja ditentukan oleh penilaian karyawannya. Seseorang mungkin menganggap lingkungan yang sama adalah buruk sedangkan yang lain menganggap baik. Hal ini disebabkan karena ada perbedaan pandangan masing-masing individu terhadap lingkungan kerja. Perbedaan ini dapat terjadi karena masing-masing individu mempunyai kebutuhan, kepentingan maupun harapan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Menurut Cary Cooper (Rini, 2002) Kondisi kerja yang buruk berpotensi menjadi penyebab karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit berkonsentrasi, dan menurunnya produktivitas kerja. Kondisi lingkungan kerja meliputi ruang kerja yang tidak nyaman, panas, sirkulasi udara kurang memadai, ruang kerja terlalu padat, lingkungan kerja yang kurang bersih, dan bising atau berisik.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan lingkungan fisik adalah keadaan di sekitar rumah sakit seperti suhu udara, pencahayaan, suara, penghawaan ruangan, kebersihan dan sikap kerja yang mempengaruhi perawat dalam menjalankan pekerjaannya. Yang dibahas dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berada disekitar para pekerja yang meliputi suhu udara, pencahayaan, suara, penghawaan, kebersihan serta sikap kerja yang dapat memengaruhi perawat dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan.

Fokus perhatian pada metode ini adalah manusia atau karakteristik yang harus dipenuhi perawat agar mereka mampu atau akan melaksanakan tugas-tugasnya dengan tepat, benar, dan sempurna sehingga mempunyai prestasi yang bagus. Sihombing (2004) menyatakan bahwa didalam meningkatkan semangat kerja pegawai tidak terlepas dari lingkungan tempat kerja yang harus mendukung seperti kualitas lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah unsur yang harus didaya gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan rasa nyaman, tentram, dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut.

2.3 FAKTOR - FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI K3 DARI FISIK KEBISINGAN
Kebisingan adalah bunyi yang didengar sebagai rangsangan-rangsangan pada telinga oleh getaran-getaran melalui media elastis, dan manakala bunyi-bunyi tersebut tidak dikehendaki. Kebisingan juga dapat disebut sebagai bunyi atau suara yang tidak dikehendaki dan dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan yang dinyatakan dalam satuan desibel (dB). Berdasarkan Kepmenaker, kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat, proses produksi yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pendengaran.
Sumber bising ialah sumber bunyi yang kehadirannya dianggap mengganggu pendengaran baik dari sumber bergerak maupun tidak bergerak. Umumnya sumber kebisingan dapat berasal dari kegiatan industri, perdagangan, pembangunan, alat pembangkit tenaga, alat pengangkut dan kegiatan rumah tangga.
Di Industri, sumber kebisingan dapat di klasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :
1)        Mesin. Kebisingan yang ditimbulkan oleh aktifitas mesin.
2)        Vibrasi. Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat  gesekan, benturan atau ketidak seimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, bearing, dan lain-lain.
3)         Pergerakan udara, gas dan cairan. Kebisingan ini di timbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, jet, flare boom, dan lain-lain.

Pengendalian Kebisingan

Pengendalian secara teknis
a)      Mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan bising menjadi berkurang suara yang menimbulkan bisingnya.
b)      Menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara
c)      Mengisolasi mesin-mesin yang menjadi sumber kebisingan. Mesin/alat didesain sedemikian hingga suara bising tidak seluruhnya mengenai pekerja. Pemasangan kaca membuat pekerja dapat tetap bekerja.
d)     Subtitusi mesin yang bising dengan mesin yang kurang bising.
e)      Menggunakan fondasi mesin yang baik agar tidak ada sambungan yang goyang, dan mengganti bagian- bagian logam dengan karet.
f)       Modifikasi mesin atau proses.
g)      Merawat mesin dan alat secara teratur dan periodik sehingga dapat menggurangi suara bising.
Penggendalian secara administrative
a)        Pengadaan ruang control pada bagian tertentu (misalnya: bagian diesel).
Tenaga kerja di bagian tersebut hanya melihat dari ruang berkaca yang kedap suara dan sesekali memasuki ruang berbising tinggi, dalam waktu yang telah ditentukan, serta menggunakan APD (ear muff).
b)        Pengaturan jam kerja, disesuaikan dengan NAB yang ada.

Pengendalian secara medis
Pemeriksaan audiometri sebaiknya dilakukan pada saat awal masuk kerja, secara periodic, secara khusus dan pada akhir masa kerja.
Penggunaan alat pelindung diri
Merupakan alternative terakhir bila pengendalian yang lain telah dilakukan. Tenaga kerja dilengkapi dengan sumbat telingga (ear plug) atau tutup telingga (ear muff) disesuaikan dengan jenis pekerjaan, kondisi dan penurunan intensitas kebisingan yang diharapkan.
Dampak Kebisingan terhadap Kesehatan Pekerja
1.  Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek pusing/vertigo. Perasaan mual,susah tidur dan sesak nafas disbabkan oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ, kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan elektrolit.
2.  Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis, jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
3.  Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak. Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung membahayakan keselamatan seseorang.
4.  Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.
5.  Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi y
1.    Getaran
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah bolak-balik dari kedudukan keseimbangannya. Getaran terjadi saat mesin atau alat dijalankan dengan motor, sehingga pengaruhnya bersifat mekanis.
Getaran mekanis dibedakan berdasarkan jenis pajanannya. Terdapat 2 bentuk yaitu:
a.         Getaran seluruh badan (whole body vibration). Akibat goncangan dari mesin, kendaraan atau traktor.
b.        Getaran alat-lengan (tool-hand vibration) atau getaran pada tangan dan lengan (hand and arm vibration). Alat untuk mengukur getaran adalah: Vibrasi Meter.
Pengaruh getaran pada tenaga kerja dapat di bedakan:
·           Gangguan kenikmatan dalam bekerja
·           Mempercepat terjadinya kelelahan.
·           Gangguan kesehatan
Getaran seluruh badan dapat memicu terjadinya:
·           Penglihatan kabur, sakit kepala, gemetaran (shakeness)
·           Kerusakan organ pada bagian dalam.
Getaran pada lengan dan tangan dapat mengakibatkan:
·         Sakit kepala, dan sakit pada persendian dan otot lengan.
·         Indera perasa pada jari-jari menurun fungsinya.
·         Terbentuk noda putih pada punggung jari/telapak tangan (white finger syndrom).

Cara Pengendalian Getaran Di Tempat Kerja

Pengendalian secara teknis
a)    Menggunakan peralatan kerja yang rendah intensitasnya (dilengkapi dengan damping/peredam).
b)   Menambah/menyisipkan damping diantara tangan dan alat, misalnya membalut pegangan alat dengan karet.
c)    Memelihara atau memelihra dengan baik. Dengan mengganti bagian-bagian yang aus atau memberi pelumasan.
d)   Meletakkan peralatan dengan teratur. Alat yang diletakkan di atas meja yang tidak stabil dan kuat dapat menimbulkan getaran di sekelilingnya.
e)    Menggunakan remote kontrol. Tenaga kerja tidak terkena paparan getaran, karena dikendalikan dari jauh.
Pengendalian secara administrative
Yaitu dengan Cara mengatur waktu kerja, misalnya:
a)    Merotasi pekerjaan. Apabila terdapat suatu pekerjaan yang dilakukan oleh 3 orang, maka dengan mengacu pada NAB yang ada, paparan getaran tidak sepenuhnya mengenai salah seorang, tetapi bergantian, dari A, B dan kemudian C.
b)   Mengurangi jam kerja, sehingga sesuai dengan NAB yang berlaku.
Pengendalian Secara Medis
Pada saat awal, dan kemudian pemeriksaan berkala setiap 5 tahun sekali. Sedangakan untuk kasus yang berlanjut, maka interval yang diambil adalah 2-3 tahun sekali.


Pemakaian alat pelindung diri (APD)
Pengurangan paparan dapat dilakukan dengan menggunakan sarung tangan yang telah dilengkapi peredam getar (busa).
2.    Pencahayaan
Fungsi utama penerangan ditempat kerja adalah untuk menerangi objek pekerjaan agar terlihat jelas, mudah dikerjakan dengan cepat, dan produktifitas dapat meningkat. Pencahayaan tersebut dapat diatur sedemikian rupa yang disesuaikan dengan kecermatan atau jenis pekerjaan sehingga memelihara kesehatan mata dan kegairahan kerja, sebab rendah atau tingginya intensitas cahaya bahkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Beberapa factor yang dapat menentukan baik tidaknya penerangan di tempat kerja adalah :
§             Ukuran objek
§             Derajat kontras antara objek dengan sekitarnya
§             Tingkat iluminasi (yang menyebabkan objek dan sekitarnya dapat terlihat jelas)
§             Distribusi dan arah cahayanya.
Sumber penerangan yang digunakan di tempat kerja dibedakan dalam dua jenis antara lain :
·                     Pencahayaan alami (sinar matahari)
·                     Pencahayaan buatan (lampu)
Pengendalian pencahayaan dapat dilakukan secara teknis dan administrative. Pengendalian secara teknis meliputi peningkatan kebersihan instalasi penerangan ditempat kerja (termasuk lampu), pengaturan warna, dan dekorasi tempat kerja. Pemanfaatan cahaya alami semaksimal mungkin, dan pemanfaatan penerangan yang cukup pada jenis pekerjaan tertentu. Pengendalian administrative meliputi pemeriksaan kesehatan mata (baik pemeriksaan sebelum bekerja, berkala, maupun khusus).
Pencahayaan yang buruk akan menimbulkan kelelahan mata yang menyebabkan :
·                Iritasi, mata berair dan kelopak mata berwarna merah (konjunctivitis)
·                Penglihatan rangkap dan sakit kepala
·                Ketajaman penglihatan merosot, demikian pula kepekaan terhadap perbedaan (contras sensitifity) dan kecepatan pandangan
·                Kekuatan dan konvergensi menurun.

3.    Temperatur
Iklim kerja merupakan keadaan lingkungan kerja yang diukur dari perpaduan antara suhu udara, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, dan suhu radiasi. Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh. Kapan tubuh harus mengeluarkan panas dan kapan tidak, ketahanan tubuh tetap stabil core-temperatur sekitar 37º C, ini diatur oleh kulit tubuh dan kelenjar keringat.
Jika suhu tubuh menurun dibawah 35º C (Hypothermia) atau meningkat sampai 40,6º C (hyperthemia), maka beberapa radiasi kimia dan aktivitas enzim dalam tubuh akan terganggu. Jika suhu tubuh menurun sampai bawah 27º C atau meningkat diatas 42º C, maka semua sel tubuh akan mati. Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan kondisi normalsistem tubuh dengan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan temperatur ruang adalah jika perubahan temperatur luar tubuh tidak melebihi 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin.
4.    Kelembapan
Kelembaban udara adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara (dinyatakan dalam %). Kelembaban ini dipengaruhi oleh temperatur udaranya. Dimana dengan meningkatnya temperatur udara maka kelembaban semakin menurun. Suatu keadaan dimana udara sangat panas dan kelembaban tinggi akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran. Disamping itu akan menyebabkan semakin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaraan darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen.

 BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
K3 secara praktis diartikan sebagai upaya perlindungan agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat kerja termasuk orang lain yang memasuki tempat kerja maupun proses produk dapat secara aman dan efisien dalam produksinya.
Lingkungan fisik adalah salah satu unsur yang harus didaya gunakan oleh organisasi sehingga menimbulkan rasa nyaman, tentram, dan dapat meningkatkan hasil kerja yang baik untuk meningkatkan kinerja organisasi tersebut (Sihombing, 2004)
Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain (Nawawi, 2001).
Adapun faktor-faktor lingkungan fisik yang dapat menganggu keselamatan kerja yaitu:
1.    Kebisingan
2.    Getaran
3.    Pencahayaan
4.    Temperatur
5.    Kelembapan
3.2    Saran
 Melalui pembahasan diatas maka diharapkan kepada pembaca agar memperhatikan semua faktor fisik yanga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam bekerja. Sebab faktor Kesehatan dan keselamatan kerja akan sangat mempengaruhi produktifitas para pekerja.

0 komentar:

Posting Komentar