BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beberapa jenis bakteri dan amoeba hijau-biru mengeluarkan bahan-bahan yang
amat berlendir dan lengket pada permukaan selnya, melengkungi dinding sel.
Bila bahan berlendir tersebut kompak dan tampak sebagai suatu bentuk yang
pasti ( bundar/lonjong) maka disebut kapsul, tetapi bila tidak teratur
bentuknya dan menempelnya pada sel kurang erat maka disebut selaput lendir. Kapsul
dan lendir tidaklah esensial bagi kehidupan sel, tapi dapat berfungsi sebagai
makanan cadangan, perlindungan terhadap fagositosis (baik dalam tubuh inang
maupun dialam bebas) atau perlindungan terhadap dehidrasi. Kemampuan
menghasilkan kapsul merupakan sifat genetis, tetapi produksinya sangat
dipengaruhi oleh komposisi medium tempat ditumbuhkannya sel-sel yang
bersangkutan. Komposisi medium juga dapat mempengaruhi ukuran kapsul. Ukuran
kapsul berbeda-beda menurut jenis bakterinya dan juga dapat berbeda diantara
jalur-jalur yang berlainan dalam satu spesies.Pada beberapa jenis bakteri
adanya kapsul sebagai petunjuk virulensi. Semua kapsul bakteri tampaknya dapat
larut dalam air. Komposisi kimiawi kapsul ada yang berupa glukosa (misalnya
dektrosa pada leokonostok mesendteroides), polimer gula amino (misalnya asam hialuronat
pada Staphylococcus piogenik), polipeptida (misalnya polimer asam D-glutamat pada
Bacillus antraksis) atau kompleks polisakarida protein (misalnya B disentri). Simpai
biasanya diperlihatkan dengan cara pewarnaan negatif atau modifikasi dari cara
itu. Salah satu pewarnaan simpai (kapsul) ini (metode Welch) meliputi pemberian
larutan kristal ungu panas disusul kemudian dengan pencucian dengan larutan
tembaga sulfat.
Tembaga sulfat ini digunakan untuk menghilangkan zat warna berlebihan
karena pencucian biasa dengan air akan melarutkan simpai. Garam tembaga memberi
pula warna pada latar belakang, sehingga sel dan latar belakang akan tampak
biru tua dan simpai berwarna biru yang lebih
muda.
muda.
Kebanyakan
bakteri mengeluarkan lendir pada permukaan selnya yang melapisi dinding sel.
Jika lapisan lendir ini cukup tebal dan kompak maka disebut dengan kapsula.
Pada beberapa bakteri adanya kapsula menunjukkan sifat yang virulen. Kapsula
bakteri tidak berwarna sehingga untuk mengetahui ada tidaknya kapsula bakteri
perlu dilakukan pewarnaan khusus (Hastuti, 2008). Pewarnaan ini bisa dilakukan
dengan menggunakan nigrosin, merah kongo atau tinta cina. Setelah ditambahkan
pewarna yang tidak menembus kapsul, maka kapsul dapat tampak dengan menggunakan
mikroskop cahaya. Ini merupakan penampilan negatif kapsul yang terlihat jernih
dengan latar belakang gelap (Schlegel, 1994).
Kapsula merupakan lapisan
polimer yang terletak di luar dinding sel. Jika lapisan polimer ini terletak
berlekatan dengan dinding sel maka lapisan ini disebut kapsula. Tetapi jika polimer
atau polisakarida ini tidak berlekatan dengan dinding sel maka lapisan
ini disebut lendir (Darkuni: 2001). Baik kapsula maupun lendir terdiri dari
polisakarida dan polipeptin (komplek polisakarida dengan protein). Kapsula
bukan organ yang penting untuk kehidupan sel bakteri. Hal ini terbukti bahwa
sel bakteri yang tidak dapat membentuk kapsula mampu tumbuh dengan normal dalam
medium. Kapsula berfungsi dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Misalnya
berperan dalam mencegah terhadap kekeringan, mencegah atau menghambat
terjadinya pencantelan bakteriofag, bersifat antifagosit sehingga kapsul
memberikan sifat virulen bagi bakteri. Kapsula juga berfungsi untuk alat
mencantelkan diri pada permukaan seperti yang dilakukan olehStreptococcus muans (Darkuni,
2008).
Hal yang serupa juga dijelaskan
dalam Dwidjoseputro (2005) bahwa lapisan lendir terdiri atas karbohidrat dan
pada beberapa spesies tertentu, lendir itu juga mengandung unsur N atau P.
Lendir bukan suatu bagian integral dari sel, melainkan suatu hasil pertukaran
zat. Lendir memberikan perlindungan terhadap kekeringan, seakan-akan merupakan
suatu ”benteng” untuk bertahan. Kapsula merupakan gudang cadangan makanan
(Pelczar: 2007). Kapsula bakteri-bakteri penyebab penyakit (patogen) berfungsi
untuk menambah kemampuan bakteri untuk menginfeksi. Selain itu, bakteri
berkapsula juga menyebabkan adanya gangguan lendir dalam proses industri.
(Pelczar:2007). Ukuran kapsula sangat dipengaruhi oleh medium tempat
ditumbuhkannya bakteri tersebut. Pada beberapa kejadian tebalnya kapsula hanya
satu per sekian diameter selnya, namun dalam kasus-kasus lainya ukuran kapsula
jauh lebih besar daripada diameter selnya.
Kapsul cukup tebal sehingga
sulit diwarnai, oleh karena itu diperlukan suatu pewarnaan khusus. Salah satu
cara pewarnaan kapsula menurut Raebiger yaitu dengan menggunakan pewarna
larutan formol-gentian violet Raebiger atau kristal violet. Satu lagi cara
untuk perwarnaan kapsula bakteri adalah dengan pewarnaan negatif (pewarnaan
tidak langsung ). Pada pewarnaan negatif latarbelakangnya diwarnai zat warna
negatif sedangkan bakterinya diwarnai dengan zat warna basa. Kapsula tidak
menyerap warna sehingga terlihat lapisan terang yang tembus dengan latar
belakang yang berwarna (Waluyo, Lud: 2007).
Kapsul tidak memiliki aktifitas
yang besar terhadap bahan-bahan cat basa. Beberapa kapsul cepat rusak oleh
gangguan mekanis atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari
berbagai spesies berbeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul
dapat diperlihatkan dalam proses pewarnaan yang sama. Beberapa cara pewarnaan
telah dikemukakan dalam usaha memperlihatkan adanya kapsul, cara tersebut
antara lain adalah cara pewarnaan negatif dan cara pewarnaan kapsul (Irianto,
2006). Hasil pewarnaan dengan menggunakan cara pewarnaan negatif menunjukkan
bakteri berwarna merah, sedangkan kapsul tampak sebagai daerah yang kosong di
sekitar tubuh bakteri, dan latar belakang berwarna gelap. Cara pewarnaan
negatif ini dikemukakan oleh Burri-Gins (Irianto, 2006). Menurut Tarigan
(1988), pengecatan negatif bertujuan untuk mewarnai latar belakang atau bidang
pandang di bawah mikroskop dan bukan untuk mewarnai sel-sel mikroba yang
diperiksa. Pengecatan negatif dapat digunakan untuk melihat kapsul yang
menyelubungi tubuh bakteri dengan hanya menggunakan satu macam cat saja.
Sedangkan pewarnaan kapsul (pewarnaan positif) pertama dikemukakan oleh Tyler.
Dalam pewarnaan positif ini digunakan senyawa kristal violet 0,18 gram. Hasil
dari pewarnaan kapsula ini adalah kapsul tampak berwarna biru-ungu yang
terletak disekitar tubuh bakteri. Sedangkan bakterinya sendiri berwarna biru
kelam (Irianto, 2006).
Fungsi kapsula pada bakteri:
a) Berperan sebagai antifagosit sehingga memberi
sifat virulen pada bakteri.
b) Mempertahankan diri dari antitoksin yang
dihasilkan sel inang.
c) Meningkatkan kemampuan bakteri untuk menimbulkan
penyakit.
d) Melindungi sel dari kekeringan dan kehilangan
nutrisi. Karena kapsula mengandung banyak air.
e) Sebagai penyeimbang antara sel dan lingkungan
eksternal.
f) Menghambat terjadinya pencantelan bakteriofag.
g) Sebagai alat untuk mencantelkan pada permukaan
seperti yang dilakukan oleh Streptococcus mutans.
Hubungan antara kapsula dengan
virulensi bakteri.
Kapsula
berperan sebagai antifagosit sehingga kapsula memberikan sifat virulen bagi
bakteri. Kapsula melindungi bakteri dari fagosit oleh sel-sel yang berperan
dalam imunitas dari inang. Jika bakteri ini tidak dapat difagosit oleh sel-sel
imunitas (seperti leukosit, limfosit, dan makrofag), maka bakteri tersebut akan
bersifat virulen.
Kapsula
merupakan lapisan polimer (terdiri atas polisakarida, polipeptida atau kompleks
polisakarida dengan protein) yang berlekatan dengan dinding sel. Koloni bakteri
yang tidak berkapsula umumnya tergolong tidak virulen (tidak ganas).Dengan
tidak adanya kapsula maka bukan termasuk bakteri yang virulen. Hal ini terkait
dengan fungsi bakteri yang mempunyai kemampuan untuk menimbulkan penyakit.
Apabila bakteri kehilangan kapsulanya sama sekali, maka bakteri tersebut
kehilangan virulensinya, dan dengan demikian kehilangan kemampuannya sebagai
penyebab infeksi.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
a. Mahasiswa
dapat mengetahui prosedur pewarnaan kapsul
b. Mahasiswa
dapat mengetahui bentuk-bentuk dari kapsul.
TUJUAN
a. Mahasiswa
mampu membuat sediaan untuk pewarnaan kapsul
b. Melakukan
proses pewarnaan kapsul
c. Mengamati
bentuk bakteri pada preparat di bawah mikroskop
d. Mengetahui
reagen apa yang digunakan pada pewarnaan kapsul
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Pada dinding sel, banyak bakteri terdapat zat
dengan kadar air tinggi, beberapa lapisan-lapisan dengan berbagai ketebalan
merupakan selubung lendir dan kapsul. Bagi bakteri, selubung lendir dan kapsul
ini tidak begitu penting untuk hidup, akan tetapi dengan memiliki selubung,
banyak bakteri patogen menjadi resisten terhadap fagositosis, sehingga
meningkatkan virulensinya untuk hewan percobaan, sel dapat berfungsi sebagai
cadangan makanan, erlindungan terhadap kekeringan karena dehirasi. Kapsul tidak
memiliki afinitas yang besar terhadap bahan-bahan zat warna yang bersifat basa.
Kapsul tampaknya tidak larut dalam air.Beberapa kapsul tidak dirusak oleh
gangguan mekanik atau larut bila dicuci dengan air. Karena kapsul dari berbagai
species bebeda dalam susunan zat-zatnya, maka tidak semua kapsul dapat
diperhatikan dalam proses pewarnaan yang sama. Komposisi kimiawi kapsul
berbeda-beada menurut organismenya, ada yang berupa polimer glukosa contohnya:
dekstran pada Leucunostoc mesentroides,
polmer gula-amino misalnya pada Staphilococcus
sp. , Polipeptida misalnya: Bacillus
disentri, polimer asam D-glutamat, yaitu:
Bacillus anthracis
Seringkali, pada beberapa spesies ditemukan mutan
yang berkapsul, disamping itu disamping yang tidak berkapsul. Hal ini, mempengaruhi
bentuk koloni pada medium pembiakkan. Sehingga bakteri dapat dibedakan menjadi:
(1) Koloni bakteri berkapsul disebut koloni smooth (S), (2) Koloni bakteri
tidak berkapsul disebut koloni rough (R). Pembentukkan kapsul berdasarkan
zat-zat makanan, yaitu apakah makanan yang dimakan bakteri mengandung kapsul
atau tidak. Ada saatnya bakteri pembentuk kapsul tidak membentuk kapsul.
Beberapa kerugian bakteri berlendir dapat
mengganggu perindustrian misalnya, pembuatan gula tebu, bakteri tersebut antara
lain Betacrocus dextranicus
menempatkan pipa-pipa mesin pembuat gula. Lalu, Bacillus subtilis terrkadang mengganggu pembuatan roti. Bakteri
tersebut membentk lendir yang sangat kenyal yang disebabkan kotornya tepung dan
pembakaran yang kuranng panas. Kemudian, Acetobacter
xylinium, membuat lendir dalam milieu yang manis dan mengandung alkohol.
Lendirnya dapat kering , lalu menjadi keras dan dapat digunakan sebagai sol
sepatu.
Beberapa keuntungan dari bakteri berlendir antara
lain, dalam dunia kedokteran kapsul dapat dipakai sebagai indikasi untuk
menentukan patogenitas bakteri. Bakteri yang patogen yang dapat membentuk
kapsul menunjukkan bahwa virulensinya semakin tinggia saat dibentuk kapsul. Jka
tidak dibentuk kapsul, maka virulensinya rendah atau bahkan hilang sama sekali.
Contoh bakteri berkapsul antara lain: Bacillus
anthracis, Diplooccus pneumoniae, Klebsiella, Acetobacter xylinium, Bacillus
subtilis, Betacrocus dextranicus.
Tanpa pewarnaan, kapsul bakteri sangat sukar
diamati dengan mikroskop cahaya biasa
karena tidak berwarna dan mempunyai ideks bias yang rendah. Karena kapsul
bersifat non-ionik, maka pewarnaanya tidak dapat dilakukan menggunakan prosedur
yang sederhana dan biasa. Masalah utama dalam pewarnaan kapsul ialah bila
olesan bakteri yang telah disiapkan difiksasi dengan panas menurut metode yang
biasa. Masalah utama dalam pewarnaan kapsul ialah bila olean bakteri yang telah
isiapkan itu difiksasi dengan panas menurut metode yang biasa, maka kapsul
tersebut akan rusak, namun apabila tidak difikasi dengan panas, maka organisme
tersebut akan meluncur pada waktu pencucian. Dalam banyak pekerjaan
bakteriologis, yang kita perlukan hanyalah sekedar memperagakan ada atau tidaknya
kapsul. Tujuan ini dapat digunakan dengan cara menggabungkan proses pewarnaan
negatif dengan pewarnaan sederhana. Teknik pewarnaan lain untuk melihat kapsul
pada bakteri antara lai dengan metoda pewarnaan
Anthony, Pewarnaan Hiss, Pewarnaan Leifson, dan pewarnaan Tyler.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
III.1
ALAT
·
Aquades
·
Bak pewarnaan
·
Batang Ose
·
Kapas
·
Kertas saring
·
Korek api
·
Mikroskop cahaya
·
Object glass
·
Pembakar Spiritus
·
Pipet Tetes
·
Tabung Reaksi
·
Tissue
III.2
BAHAN
ü Air fuchsin
ü Alkohol 70 %
ü Aquades
ü Minyak imersi
ü Suspensi bakteri Bacillus subtilis
ü Tinta cina
ü Xylol
III.3
SAMPEL
Biakan bakteri
III.4
METODE KERJA
1)
Sediakan dua buah object glass yang sudah dibersihkan
dengan alkohol sehingga bebas lemak.
2)
Kedua object glass dibersihkan dengan alkohol 70% sampai bersih agar
terbebas dari lemak.
3)
Kedua object
glass dipanaskan diatas pembakar spirtitus
4)
Kawat ose dipijarkan diatas pembakar spirtitus lalu didinginkan
5)
Pada kaca objek pertama diletakkan satu suspensi bakteri dan satu ose tinta
cina dengan perbandingan (1:1)
6)
Suspensi bakteri dan satu
ose tinta cina dengan perbandingan (1:1) dicampurkan dengan sudut object glass sampai keduanya homogen.
7)
Preparat apusan dibuat untuk
membentuk sudut 45% hingga campuran tersebut menjadi lapisan film tipis.
8)
Preparat dikeringkan dan difiksasi selama 3 kali.
9)
Tetesi preparat dengan zat
warna air fuchsin selama 5 menit.
10)
Zat warna berlebihan dibuang, tetapi jangan dicuci,
kemudian dikeringkan. Preparat ditetesi dengan minyak imersi, lalu diamati dibawah mikroskop.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.2 PEMBAHASAN
Kapsul adalah lapisan polimer yang
terdapat diluar dinding sel. Kapsul pada bakteri dapat diamati dengan mikroskop
dengan teknik pewarnaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
(Hadioetomo,1990).
Pada kegiatan praktikum ini pewarnaan
secara tidak langsung dilakukan dengan menggunakan tinta cina. Pewarnaan secara
tidak langsung ini dimaksudkan untuk mewarnai latar belakangnya. Apabila
bakteri mempunyai kapsul, maka dalam pengamatan sel bakteri akan tampak
transparan dan diselubungi oleh kapsul yang berwarna kecoklatan.
Tinta cina merupakan larutan yang
mempunyai kromophore atau butir pembawa warna yang bermuatan negatif (memiliki
anion), sedangkan muatan yang ada di sekeliling bakteri juga bermuatan negatif
(memiliki anion), sehingga terjadi adanya tolak menolak antara kedua ion
tersebut. Hal inilah yang menyebabkan bakteri berwarna transparan dan nampak
hanya warna latar belakangnnya yaitu hitam. Terbentuknya warna transparan ini
dikarenakan sel bakteri tidak mampu menyerap warna.
BAB
V
KESIMPULAN
V.
1 KESIMPULAN
Ø
Pewarnaan kapsul ialah metode pewarnaan diferensial
yang dikhususkan untuk melihat bagian kapsul dari suatu bakteri.
Ø
Pewarnaan kapsul merupakan
gabungan antara pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif.
Ø
Contoh bakteri berkapsul
antara lain: Bacillus anthracis,
Diplooccus pneumoniae, Klebsiella, Acetobacter xylinium, Bacillus subtilis, Betacrocus
dextranicus.
Ø
Hasil
pengamatan: bakteri bewarna merah, sedangkan kapsul tampak sebagai
bagian yang kosong di sekitar tubuh bakteri dan sekitar kapsul berwarna gelap /
agak pekat.
Ø
Bakteri Bacillus
subtilis disamping merupakan bakteri yang dapat membentuk spora juga
memiliki kapsul.
V.2
SARAN
Adapun sehubungan dengan praktikum ini, khususnya
ditujukan bagi mahasiswa yaitu:
1.
Diharapkan bagi seluruh mahasiswa agar
selama kegiatan praktikum ini berlangsung, Mahasiswa harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
2.
Diharapkan pula bagi semua mahasiswa,
bahwa selama kegiatan praktikum ini berlangsung, agar semua mahasiswa
bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum.
1 komentar:
ga ada daftar pustaka nya
Posting Komentar