CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 31 Mei 2013

PEWARNAAN SEDERHANA



LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pewarnaan sederhana merupakan tekhnik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit,larena selain bakteri itu tidak berwarna juga tranparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu tekhnik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamat. Oleh karena itu tekhnik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan asam dan pewarna basa.
Pewarna asam dapat terjadi karena bila senyawa pewarna bermuatan negatif. Dalam kondisi pH mendekati netral dinding sel bakteri cenderung bermuatan negatif, sehingga pewarna asam yang bermuatan negatif akan ditolak oleh dinding sel, maka sel tidak berwarna. Pewarna asam ini disebut pewarna negatif. Contoh pewarna asam misalnya: tinta cina, larutan nigrosin, asam pikrat, eosin, dll.
Pewarna basa bisa terjadi bila senyawa pewarna bersifat positif, sehingga akan diikat oleh dinding sel bakteri dan sel bakteri ini jadi berwarna dan terlihat. Contoh dari pewarna basa misalnya metilen biru, kristal violet, safranin, dan lain-lain. Teknik pewarnaa asam basa ini hanya menggunaka satu jenis senyawa pewarna, teknik ini disebut pewarna sederhana. Pewarnaan sederhana ini diperlukan untuk mengamati morfologi, baik bentuknya maupun susunan sel. Teknik pewarnaan yang lain adalah pewarnaan diferensial, yang menggunakan senyawa pewarna yang lebih dari satu jenis. Diperlukan untuk mengelompokkan bakteri misalnya, bakteri gram positif dan gram negatif atau bakteri tahan asam dan tidak tahan asam. Juga diperlukan untuk mengamati struktur bakteri seperti flagela, kapsula, spora, dan nukleus.
Teknik pewarnaan bukan pekerjaan yang sulit tapi perlu ketelitian dan kecermatan bekerja serta mengikuti aturan dasar yang berlaku sebagai berikut:
Mempersiapkan kaca objek. Kaca objek ini harus bersih dan bebas lemak, untuk membuat apusan dari bakteri yang diwarnai. Mempersiapkan apusan, apusan yang baik adalah yang tipis dan kering, terlihat seperti lapisan yang tipis. Apusan ini berasal dari biakan cair atau padat. Biakan cair suspensi sel sebanyak satu atau dua mata ose dan diletakkan ke kaca objek. Lalu diapuskan pada kaca objek selebar...cm. biarkan mengerig di udara atau diatas apai kecil dengan jarak 25 cm.
Biakan padat. Bakteri yang dikulturkan pada medium padat tidak dapat langsung dibuat apusan seperti dari biakan cair, tapi harus diencerkan dulu. Letakkan setetes air pada kaca objek, lalu dengan jarum inokulasi  ambil bakteri dari biakan padat, letakkan pada tetesan air dan apusan. Biarkan mengering di udara. Fiksasi dengan pemanasan. Apusan bakteri pada kaca objek dapat dilakukan diantaranya dengan cara memanaskan diatas api.
Struktur di dalam sel pada tempat-tempat yang dibentuk oleh spesies ini, disebut endospora. Endospora dapat bertahan hidup dalam keadaan kekurangan nutrien, tahan terhadap panas, kekeringan, radiasi UV serta bahan-bahan kimia.
Ketahanan tersebut disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras. Sifat-sifat ini menyebabkan dibutuhkannya perlakuan yang keras untuk mewarnainya. Hanya bila diperlukan panas yang cukup, pewarna yang sesuai dapat menembus endospora. Tetapa sekali pewarna memasuki endospora, sukar untuk dihilangkan. Ukuran dan letak endospora di dalam sel merupakan ciri-ciri yang digunakan untuk membedakan spesies-spesies bakteri yang membentuknya.
Faktor yang mempengaruhi pewaraan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup. Suatu preparat yang sudah suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer.bakteri-bakteri seperti ini dinamakan bakteri tahan asam, dan hal ini merupakan ciri yang khas bagi suatu spesies.
Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad-jasad renik lain dengan menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang menampilkan perbedaan diantara sel-sel mikroba atau bagian-bagian sel mikroba disebut teknik pewarnan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya bisa mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel. Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengectan endospora, flagela dan pengecatan kapsul.

1.2   MAKSUD DAN TUJUAN

MAKSUD
a.       Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pewarnaan sederhana
b.      Mahasiswa dapat mengetahui bentuk-bentuk dari bakteri.

TUJUAN
a.       Mahasiswa mampu membuat sediaan untuk pewarnaan sederhana
b.      Melakukan proses pewarnaan sederhana
c.       Mengamati bentuk bakteri pada preparat di bawah mikroskop

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur, dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut di suspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi adalah dengan metode pengecatan atau pewarnaan, hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkain pengecetan. (Jimmo, 2008)

Sel bakteri dapat diamati dengan jelas jika menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100 x 10 yang ditambah minyak emersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan positif.

Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan pada permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain cristal violet, methylen blue, safranin, Base Fuchsin, Malachite Green, dll. Sedangkan zat warna basa antara lain Eosin, Congo Red dll ( Irawan, 2008).

Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan positif). Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi, peluntur warna, subtrat, intensifikasi, pewarnaan dan penggunaan warna penutup. Suatu preparat yang sudah menyerap zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer maka zat warna terhapus. Sebaliknya terdapat juga preparat yang tahan terhadap asam encer. Bakteri-bakteri ini disebut bakteri tahan asam, dan ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies (dwidjoeseputro, 1994)

Langkah-langkah utama dalam persiapan spesiemen mikroba untuk pemeriksaan mikroskopis adalah :
·         Penempatan olesan atau lapisan spesiemen pada kaca objek.
·         Fiksasi olesan pada kaca objek
·         Aplikasi pewarnaan tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkain larutan pewarna atau reagen (Pelczar,1986)

Pada umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul atau pun flagella, dan hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya berwarna (Volk dan Whleer, 1998).

BAB III
ALAT BAHAN DAN METODE KERJA

III.1 ALAT
1.      Objek glass
2.      Cotten bath
3.      Bunsen dan korek api
4.      Pipet tetes
5.      Bak pewarna
6.      Botol semprot
7.      Mikroskop
III.2 BAHAN
1.      Minyak emercy
2.      Metilen blue
3.      Aquades
III.3 SAMPEL
            Kotoran Telinga
III.4 METODE KERJA
1.            Objek glass harus bersih dan bebas lemak
2.      Ambil sampel dari dalam telinga dengan menggunakan cotten bath dan letakkan diatas objek glass kemudian dikeringkan beberapa menit.
3.      Lakukan fiksasi dengan menggunakan bunsen.
4.      Simpan diatas dua batang kawat horizontal atau menggunakan bak pewarnaan.
5.      Beri zat warna sehingga seluruh sediaan tertutup penuh.
6.      Keringkan dan diamakan ± 2 menit
7.      Cuci dengan air mengalir sampai tidak ada lagi tetesan warna biru.
8.      Keringkan preparat dengan cara dimiringkan.
9.      Amati dibawah mikroskop dengan lensa objektif 100x menggunakan minyak emercy
10.  Dokumentasikan pengamatan yang anda lakukan.


BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENGAMATAN
 


            Keterangan gambar : ditemukan bakteri coccus dan basillus

IV.2 PEMBAHASAN
            Pewarnaan sederhana merupakan pewarnaan yang paling umum digunakan. Berbagai macan tipe morfologi bakteri (coccus,       bacillus, spirilum, dan sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja.

Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarnaan-pewarnaan sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromotofiknya bermuatan positif).

Pada pewarnaan sederhana, bakteri diwarnai oleh reagen tunggal. Pewarnaan dasar dengan kromogen (zat warna) muatan positif disarankan selama asam nukleat bakteri dan komponen dinding sel membawa muatan negatif yang menyerap dengan kuat dan mengikat kation kromogen perlu diperhatikan lamanya waktu pewarnaan tergantung pada jenis pewarnaan yang digunakan. Misalnya metilen blue terserap selama 2-3 menit, dengan demikian bakteri yang terdapat pada sampel akan menyerap zat warna yang diberikan. Pengecetan sederhana digunakan untuk memperlihatkan atau memperjelas kontras antara sel dan latar belakangnya sehingga dapat mempertajam bentuk dari sel-sel mikroba itu sendiri, dengan cara mewarnai sel-sel mikroba dengan zat warna khususnya warna Kristal Violet.

BAB V
KESIMPULAN

V.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pengamatan dibawah mikroskop dengan menggunakan perbesaran 100 x 10, maka dapat disimpulkan bahwa pada sampel tersebut ditemukan bakteri berbentuk coccus dan basillus.

V.2 SARAN

            Adapun sehubungan dengan praktikum ini, khususnya ditujukan bagi mahasiswa yaitu:
1.      Diharapkan bagi seluruh mahasiswa agar selama kegiatan praktikum ini berlangsung, Mahasiswa harus menggunakan  APD (Alat Pelindung Diri).
2.      Diharapkan pula bagi semua mahasiswa, bahwa selama kegiatan praktikum ini berlangsung, agar semua mahasiswa bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D,1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan
Irawan, 2008. Teknik pewarnaan. Mikroba. http://wordbiology.wordpress.com.




0 komentar:

Posting Komentar