BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Mikroorganisme di dunia ini ada yang
menguntungkan dan ada juga yang merugikan. Mikroorganisme yang menguntungkan
dapat kita manfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan hidup manusia. Akan
tetapi, banyak juga mikroorganisme yang tidak menguntungkan kita yaitu dengan
menyebabkan terjadinya penyakit pada tubuh manusia. Salah satu mikroorganisme
yang dapat menyebabkan atau menginfeksi manusia adalam Mycobacterium
tuberculosis.
Bakteri ini dapat mengakibatkan penyakit
tuberculosis pada manusia. Tuberculosis merupakan salah satu penyakit yang
mematikan dan berbahaya di dunia. Percobaan tentang transmisi penyakit TBC
pertama kali dilakukan oleh Klencke pada tahun 1843. Klencke memproduksi TBC di
dalam tubuh kelinci dengan inokulasi jaringan TBC secara intravena. Infeksi
oleh kuman TBC juga dibuktikan oleh Villemin pada tahun 1865 dengan cara
memproduksi penyakit ini pada kelinci dengan inokulasi jaringan TBC tipe human
dan bovine. Dia yang pertama kali mendemonstrasikan perbedaan resistensi
kelinci terhadap organisme tipe human dan bovine. Villemin menyimpulkan bahwa
TBC adalah penyakit spesifik, TBC disebabkan oleh agen inocilable,
penyakit ini dapat menular dari manusia ke kelinci, TBC adalah penyakit yang
mematikan. Robert Koch merupakan penemu Mycobacterium tuberculosis pada
tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi
nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch
Pulmonum (KP). Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga
dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA) (Pelczar dan Chan, 1988).
Tuberkulosis (TBC) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis
yang menyerang paru dan juga memberikan efek terhadap susunan saraf pusat,
sistem limfatik, sistem sirkulasi, sistem urogenital, tulang, tulang sendi, dan
kulit. Penyakit ini diketahui dapat menyerang semua bangsa burung, mamalia,
primata, termasuk manusia. Selain Mycobacterium tuberculosis (tipe
human), dikenal juga spesies Mycobacterium bovis, dan Mycobacterium
avium. Mycobacterium bovis dan Mycobacterium avium jarang
terjadi pada orangutan. Hanya terdapat sekitar 10% laporan kasus TBC pada
primata yang disebabkan oleh Mycobacterium bovis. TBC tipe Human yang
paling banyak ditemukan pada primata dan manusia (Sari 2004).
Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal
sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan
pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA)
karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan
pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya
adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis
dapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika
positif terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga
menyerang hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang
masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaan Ziehl Neelson,
Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau
ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3
jenis sputum:
a. Sputum
sewaktu, penderita datang berobat dengan keluhan apa saja ke poliklinik.
b. Sputum
pagi, yang diambil besok paginya begitu bangun tidur
c. Sputum
sewaktu, yang diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi tersebut.
Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu
minggu. Ludah tidak dapat
diperiksa karena ludah berasal dari kelenjar dalam rongga mulut. Biasanya dalam
ludah tidak terdapat kuman TB.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Maksud dari praktikum ini adalah agar
mahasiswa:
a. Mengetahui
tekhnik pewarnaan BTA metode Ziehl-Neelsen
b. Mengetahui
bentuk-bentuk (morfologi) dan sifat BTA
TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini adalah
a. Membuat
sediaan untuk pewarnaan BTA
b. Melakukan
pengecetan/pewarnaan BTA
c. Mengedentifikasi
bentuk-bentuk (morfologi) dan sifat BTA pada preparat yang telah dibuat.
BAB
II
TINJAUN
PUSTAKA
Bakteri
genus mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya
mengandung banyak zat lipoid (lemak) sehingga bersifat permiable dengan
pewarnaan biasa. Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadapa pewarnaan
tahan asam. Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan
diagnosa tuberkulosis. Pewarnaan tahan asam menggunakan larutan ziehl-Neelsen A
(cat karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B (alkohol asam :HCL 3% dalam metanol 95%)
dan ziehl –neelsen C (cat biru metilen). Hasil pewarnaan maka bakteri tahan
asam akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
Pewarnaan
Ziehl Neelsen, termasuk pewarnaan tahan asam. Biasanya dipakai untuk mewarnai
golongan Mycobacterium (M. tuberculosis dan M. leprae) dan Actinomyces. Bakteri
genus Mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung
banyak zat lipid (lemak) sehingga bersifat permeable dengan pewarnaan biasa.
Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan asam.
Pewarnaan
tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa tuberculosis. Pewarnaan
ini merupakan prosedur untuk membedakan bakteri menjadi 2 kelompok tahan asam
dan tidak tahan asam.
Bila zat warna yang telah terpenetrasi tidak dapat dilarutkan dengan alkohol asam, maka bakteri tersebut disebut tahan asam sedangkan sebaliknya disebut tidak tahan asam.
Bila zat warna yang telah terpenetrasi tidak dapat dilarutkan dengan alkohol asam, maka bakteri tersebut disebut tahan asam sedangkan sebaliknya disebut tidak tahan asam.
Bahan
pemeriksaan TB biasanya berupa sputum yang diambil dari pasien tersangka KP
(Koch pulmonum), tetapi dapat pula diambil dari lokasi lain seperti cairan otak
(Liquor Cerebro Spinalis), getah lambung, urine, ulkus, dll.
Prinsip
dasar dari pewarnaan ini adalah Dinding
bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus
cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu
dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak
yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna
fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan
mengambil warna biru dari methylen blue.
BAB
III
ALAT
BAHAN DAN METODE KERJA
III.1
ALAT
o Mikroskop
o Ose/lidi
o Lampu spritus
o Objek gelas
III.2 BAHAN
o Carbol Fuchsin
o Alkohol 70%
o methylen blue 0,3%
o Minyak Immersi
o Mikroskop
o Ose/lidi
o Lampu spritus
o Objek gelas
III.2 BAHAN
o Carbol Fuchsin
o Alkohol 70%
o methylen blue 0,3%
o Minyak Immersi
III.3
SAMPEL
Sputum/dahak
III.4
METODE KERJA
1.
Pakailah APD
2.
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
3.
ambil kaca sediaan yang bersih, bebas lemak
dan tidak ada goresan.
4.
Disiapkan sebuah kaca sediaan yang
diberi tanda ukuran 2X3 cm sebagai pola.
5.
Diletakkan kaca pola dibawah kaca
sediaan.
6.
Lampu speritus dinyalakan dan ose
dipanaskan sampai membara mulai ujung sampai ke pangkal.
7.
Dengan menggunakan ose steril lalu
diambil bagian sputum yang kental berwarna putih kekuninggan atau putih
kehijauan, lalu diletakkan pada kaca sediaan.
8.
Sputum diratakan
9.
Kemudian tangkai ose digoyangkan
pelan-pelan untuk melepaskan sisa partikel sputum yang melekat pada ose.
10.
Letakkan ose berdekatan pada api
spiritus, setelah kering barulah dibakar sampai pijar.
11.
Keringkan sediaan pada suhu kamar,
jangan dikeringkan di atas nyala api. Fiksasi dengan cara sediaan dilewatkan
diatas nyala api lampu speritus sebanyak 3 X selama 3-5 detik.
12.
Letakkan sediaan di atas rak pewarnaan
dengan apusan menghadap ke atas.
13.
Tuangkan Carbol Fuchsin sampai menutupi
seluruh permukaan kaca sediaan.
14.
Panaskan kaca sediaan secara hati-hati
dengan caara melewatkan nyala api pada bagian bawah kaca sehingga keluar uap (jangan sampai mendidih) selama 3 menit.
15.
Sediaan dibiarkan hingga dingin selama 5
menit.
16.
Sediaan dicuci dengan air mengalir.
17.
Tuangkan asam alkohol 70% di atas kaca
sediaan sampai warna merah dari fuchsin hilang.
18.
Sediaan dicuci dengann air mengalir
19.
Tuangkan larutan methylen blue 0,3%
diatas sediaan dan biarkan selama 10-20 detik atau larutan methylen blue 0,1%
selama 1 menit.
20.
Sediaan dicuci dengan air mengalir dan
keringkan pada suhu kamar.
21.
Sediaan yang sudah kering diperiksa
dibawah mikroskop.
Tambahan:
Cara pemeriksaan BTA dari sputum dengan oil imersi
Cara pemeriksaan BTA dari sputum dengan oil imersi
1) Teteskan oil imersi pada sediaan sputum
lihat pada pembesaran lensa objektif 100x carilah BTA yang berbentuk batang
warna merah.
2) Periksa dengan cara mengeser dan membentuk zig
zag dari atas kebawah kemudian ulangi dengan berlawanan arah.
Pembacaan BTA sputum menggunakan skala IUATLD
(International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases)
1.
Tidak
ditemukan BTA dalam 100 lp, disebut negatif
2.
Ditemukan 1-9
BTA dalam 100 lp, ditulis jumlah kuman yang ditemukan
3.
Ditemukan
10-99 BTA dalam 100 lp, disebut + atau (1+)
4.
Ditemukan 1-10
BTA dalam 1 lp, disebut ++ atau (2+)
5.
Ditemukan
>10 BTA dlam 1 lp, disebut +++ atau (3+)
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHSAN
IV.1 HASIL PENGAMATAN
keterangan : ditemukan
BTA berwarna merah berbentuk basil
IV.2
PEMBAHASAN
Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah
meresap suatu zat warna, kemudian dicuci dengan asam encer, maka semua zat
warna terhapus. Akan tetapi ada juga preparat yang tahan asam encer, misalnya
bakteri-bakteri TBC dan basil-basil berspora. Maka dapat dikatakan bahwa itu
adalah bakteri tahan asam. Ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies.
Untuk menetukan sifat bakteri yang termasuk
bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam harus diwarnai dengan pewarnaan
khusus. Pada umumnya, bakteri tahan asam merupakan bakteri yang lapisan paling
luar selnya terdiri dari lapisan lilin, sehingga menyebabkan zat warna sukar
masuk ke dalam sel bakteri.
Untuk mewarnainya maka lapisan lilin pada sel itu
harus dihilangkan, yaitu dengan cara pemanasan yang dimaksudkan supaya lilinnya
meleleh, sehingga sel tersebut bias dengan mudah menerima zat warna. Selain
sukar menerima zat warna, bakteri tahan asam juga sukar menyerap bahan
penghilang zat warna (pencuci), sehingga walaupun dicuci dengan larutan asam
encer, sel bakteri ini akan tetap mengikat zat warna yang telah masuk.
Sedangkan hasil bakteri yang telah didapat menyerap biru saja, ini berarti
bakteri merupakan bakteri tidak tahan asam.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang
mempertahankan zat warna karbol-fuchsin (fuchsin basayang dilarutkan dalam
suatu campuran phenol-alkohol-air) meskipun dicuci dengan asam klorida dalam
alkohol. Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri
yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang
tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada
bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain
Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia
meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah
bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan
asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan
Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman,
1994).
Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam
memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok
bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna
pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam).
Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan
asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol
fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).
Uji bakteri tahan asam (BTA) pada praktikum kali
ini menggunakan prosedur pewarnaan Ziehl Neelson yaitu dengan memberi larutan
pewarna carbol fuchsin, alkohol asam, dan methylen blue. Bakteri genus
mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya mengandung
banyak zat lipoid (lemak) sehingga bersifat permiable dengan pewarnaan biasa.
Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadapa pewarnaan tahan asam.
Pewarnaan tahan asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa
tuberkulosis. Pewarnaan tahan asam menggunakan larutan ziehl-Neelsen A (cat
karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B (alkohol asam :HCL 3% dalam metanol 95%) dan
ziehl –neelsen C (cat biru metilen). Hasil pewarnaan maka bakteri tahan asam
akan berwarna merah dan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
BAB V
KESIMPULAN
V.1
KESIMPULAN
Adakalanya, setelah suatu preparat yang sudah meresap suatu zat warna,
kemudian dicuci dengan asam encer, maka semua zat warna terhapus. Akan tetapi
ada juga preparat yang tahan asam encer, misalnya bakteri-bakteri TBC dan
basil-basil berspora. Maka dapat dikatakan bahwa itu adalah bakteri tahan asam.
Ini merupakan ciri khas bagi suatu spesies. Pewarnaan Ziehl Neelson atau
pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan
bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat
mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan
alkohol asam. Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri
yang tidak tahan asam karena larutan pemucat akan melakukan fuksin karbol
dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna.
V.2
SARAN
Pengujian
tentang Mycobacterium tuberculosis lebih lanjut diharapkan bisa
dilakukan dengan metode molekuler dengan teknik PCR yang dapat digunakan secara
luas baik di negara maju maupun di negara berkembang karena M. tuberculosis merupakan
salah satu bakteri penyebab infeksi paru-paru tuberkulosis yang menjadi
perhatian bagi dunia kesehatan. Pada waktu praktikum, asisten seharusnya
memberi kesempatan yang sama untuk semua praktikan agar dapat menguasai
praktikum dengan sama baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
http://analiskesehatanmakassar.blogspot.com/2010/04/pewarnaan-bta-zeihl-neelsen.html
diakses pada tanggal 27 April 2013 pukul 23.01 WITA
http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-asam.html
diakses pada tanggal 27 April 2013 pukul 23.50 WITA
http://mediblock.blogspot.com/2012/10/pratktikum-mikrobiologi-1-pewarnaan.html
diakses pada tanggal 27 April 2013 pukul 23.52 WITA
http://ferrydwirestuhendra.blogspot.com/2013/01/laporan-praktikum-pewarnaan-tahan-asam.html
diakses pada tanggal 27 April 2013 pukul 00.40 WITA
Lay,
B. W. (1994). Analisis Mikroba di
Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada. [25 Oktober 2012]
anonim.
(2012). pewarnaan bakteri tahan asam. [online]. tersedia :
http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-asam.html.
[ 15 januari 2013].