BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di antara bakteri bentuk batang Gram positif, ada yang
di dalam selnya ditemukan granula polifosfat yang disebut juga granula
metakromatik atau volutin bodies. granula ini bersifat kromofil dan
metakromatik yang berarti mempunyai aktivitas kuat terhadap zat-zat warna, dan
seringkali tampak lain dari zat warna yang diberikan. Berikut adalah
langkah-langkah pengecetannya:
1.
Sebagai bahan cat disediakan tiga macam larutan,
yaitu:
Neisser A isinya methylen blue
Neisser B isinya gentian violet
Neisser C isinya chrysoidin (berwarna kuning)
2.
Untuk
pengecetan pertama digunakan larutan A dan B yang dicampur sesaat sebelum
pengecatan dalam perbandingan dua bagian larutan A dengan satu bagian larutan
B. Lama pengecatan adalah setengah menit
3.
Setelah campuran tersebut dibuang preparat dibilas
dengan larutan dan larutan ini didiamkan di atas film preparat selama ½ - 1
menit, kemudian dikeringkan dengan kertas saring.
4.
Selain itu, untuk menonjolkan granula metakromatik ini
dapat pula dilakukan pengecetan Albert, yaitu:
5.
Preparat dicat dengan larutan cat menurut Albert
selama 3-5 menit
6.
Setelah dicuci dengan air, preparat disiram dengan
larutan iodium (menurut Gram) dan ditunggu satu menit. kemudian dicuci kembali
dengan air dan dikeringkan dengan kertas saring.
Hasil
Pengecetan:
1. Pada
pengecetan Neisser: Granula berwarna biru-hitam, sitoplasma berwarna kuning
(krisoidin) atau tengguli/kecoklat-coklatan (Bismarck brown)
2. Pada
pengecetan Albert: Granula berwarna biru-hitam, sitoplasma hijau
Semua bakteri Gram negatif tidak
tahan asam, sedangkan bakteri Gram positif ada yang tahan asam dan ada yang
tidak tahan asam
Di dalam sitoplasma dapat ditemukan
granula metakhromatikyang terdiri atas volutin,granula glikogen serta granula
lemak. Granula metakhromatik sering ditemukan pada jenis-jenis kuman patogen
tertentu dan berbentuk khas untuk kuman tersebut. Di dalam sitoplasma dapat
ditemukan granula metakhromatik yang tersebut di dalam sediaan mikroskopik.
Misalnya kuman difteri mempunyai
granula metakhromatik karena bila diwarnai dalam sediaan, granula tersebut akan
berwarna lain dari pada zat warna yang digunakan. Misalnya bila diwarnai
sediaan kuman difteri dengan zat warna biru metilen,granula Babes-Ernst akan
berwarna coklat tua. Pada spesies kuman tertentu, granula metakhromatik
terletak pada tempat-tempat khas di dalam sel kuman.
Disamping material nukleus,
sitoplasma bakteri mungkin mengandung inklusi sel-kepingan-kepingan kecil
material yang tidak menjadi bagian utuh struktur sel. Butiran khusus ini yang
rupanya bertindak sebagai sumber fosfat dan energi disebut butiran metakromat
karena akan menyerap warna merah apabila diwarnai dengan biru metilen. Butiran
metakromat disebut juga kolektif volutin.
Pewarnaan Granula dapat dilakukan dengan metode selain Neisser yaitu :
Pewarnaan Granula dapat dilakukan dengan metode selain Neisser yaitu :
1. Metode
Albert’s
2. Metode Much
Weis (Mycobacterium tuberculose).
3.
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
a. Mahasiswa
dapat mengetahui prosedur pewarnaan granula
b. Mahasiswa
dapat mengetahui bentuk-bentuk dari granula.
TUJUAN
a. Mahasiswa
mampu membuat sediaan untuk pewarnaan granula
b. Melakukan
proses pewarnaan granula
c. Mengamati
bentuk bakteri pada preparat di bawah mikroskop
d. Mengetahui
reagen apa yang digunakan pada pewarnaan granula
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
TINJAUN PUSTAKA
Mikroorganisme
yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas,
begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan
kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu
cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi
ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi
untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel
bakteri melalui serangkaian pengecatan (Jimmo, 2008).
Teknik
pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu
pengecatan sederhana, pengecatan negatif, pengecatan diferensial dan pengecatan
struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan
menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan, yang
sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan yang
menampilkan perbedaan di antara sel-sel microbe atau bagian-bagian sel microbe
disebut teknik pewarnaan diferensial. Sedangkan pengecatan struktural hanya
mewarnai satu bagian dari sel sehingga dapat membedakan bagian-bagian dari sel.
Termasuk dalam pengecatan ini adalah pengecatan endospora, flagella dan
pengecatan kapsul.(waluyo,2010)
Melihat
dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena selain bakteri
itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri, sehingga sel
dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik pewarnaan sel
bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi (Rizki, 2008).
Mikroba
sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau membiaskan cahaya.
Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras
mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan. Penggunaan zat warna
memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela, dan bahan inklusi yng
mengandung zat pati dan granula fosfat (Entjang, 2003)
BAB III
ALAT BAHAN DAN METODE KERJA
III.1 ALAT
·
ose
·
object glass
·
lampu spirtus
·
zat warna Albert 1 dan Albert 2
·
mikroskop
·
kertas saring/hisap
III.2 BAHAN
·
suspensi bakteri
·
oil immercy
·
NEISSER A
·
NEISSER B
·
NEISSER C
III.3 CARA KERJA
1.
Siapkan alat
dan bahan yang dibutuhkan
2.
Pembuatan
sediaan
Bersihkan obyek glass dengan kapas. Bebaskan dari
lemak dengan cara melewatkan di atas lampu spiritus sampai terlihat uap air
menghilang. Tunggu sampai dingin (3 menit). Tetesi sedikit formalin. Ambil
spesimen kapas lidi dari usapan tenggorok, usapkan merata pada obyek glass yang
ada formalin secara melingkar 1-1,5 cm. Tunggu sampai cukup kering.
3.
Fiksasi
Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan sediaan di
atas lampu spiritus (jarak api dengan obyek glass 10-15 cm) beberapa kali,
sampai sediaan menjadi kering tetapi tidak sampai terlalu panas agar bentuk dan
susunan bakteri tidak rusak karena panas. Pada tahap ini sediaan siap dicat.
4.
Pengecatan
a)
Genangi
sediaan dengan campuran cat Neisser A dan Neisser B (perbandingan 2:1) selama
0,5 menit.
b)
Cuci dengan
Neisser C dengan posisi preparat miring sampai cat Neisser A dan B hilang.
c)
Genangi dengan
cat Neisser C selama 3 menit.
d)
Buang larutan
cat tanpa dicuci.
e)
Keringkan
dengan menghisap cat menggunakan kertas saring.
f)
Biarkan dalam
udara kamar dengan posisi miring sampai kering.
5.
Lakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop dengan pembesan 100x
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
KET:
1.badan bakteri hijau
kebiruan
2. granula bakteri biru
kehitaman
IV.
2 PEMBAHASAN
Bakteri golongan Diphterie,
poolkarrelnya ungu kehitaman dengan badan bakteri berwarna coklat atau
kekuningan biasanya ditemukan dengan berbagai susunan yang menyerupai huruf V,
L atau Y
Hasil pengecatan Neisser hanya bersifat diagnosa sementara, untuk kepastian
diagnosa dilakukan kultur dan tes virulensi baik secara invivo maupun invitro. Kultur Corynebacterium
diphteriae. Spesimen ditanam pada media Loffler Serum, inkubasi 37°C
selama 24 jam
Koloni pada media Loffler Serum dicat Nesser kemudian ditanam pada media
CTBA inkubasi 37°C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh dimurnikan
pada Loffler Serum, inkubasi 37°C selama 24 jam. Lanjutkan penanaman Biokimia Reaksi untuk penentuan
tipe (Gravis, Intermedius & Mitis).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
V.I KESIMPULAN
Setelah melakukan pengamatan di
bawah mikroskop dengan pembesaran 100x ditemukan bakteri bergranula pada
sediaan yang diamati. Bakteri yang ditemukan berbentuk basil yang mempunyai
granula pada ujungnya bahkan di kedua ujungnya. Badan sel bakteri berwarna
orange / kuning dan granulanya berwarna biru.
V.2 SARAN
Adapun
sehubungan dengan praktikum ini, khususnya ditujukan bagi mahasiswa yaitu:
1.
Diharapkan bagi seluruh mahasiswa agar
selama kegiatan praktikum ini berlangsung, Mahasiswa harus menggunakan APD (Alat Pelindung Diri).
2.
Diharapkan pula bagi semua mahasiswa,
bahwa selama kegiatan praktikum ini berlangsung, agar semua mahasiswa
bersungguh-sungguh dalam melakukan praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Hadiutomo.
1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga
Suriawiria.
200 Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta: PT. Garaemedia
Tryana,
S.T. 2008. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan
Anonymous.
2008.http//.id Wikipedia. Org/wiki.pewarnaan, granula.
Anonymous: // makalh dan skripsi. Blogspot.com/2010/26
pewarnaan. Html pewarnann